Aku teringat, sesekali merasakan kesepian yang teramat sangat dalam hidupku, hingga aku rasa dapat mendengar detak jantungku sendiri. Pertama kali kurasakan ketika aku menginjakkan kakiku pertama kali di taman kanak-kanak, meski aku tak mengingatnya dengan jelas entah bahkan mungkin sebelum itu, atau jauh ketika aku bahkan tak mengingat memori itu. Di sore hari, bahkan panggilan dan dekapan ibuku tak dapat menghilangkan rasa kesepian yang mengungkungku. Rasanya aku berdiri di pinggir jalan tak berujung, sepi, dingin sekali, berharap ada sesosok saja yang hadir tapi aku tetap di sana hingga rasanya waktu telah mati.
Sampai kurasa, mungkin hanya aku satu-satunya yang merasakan itu yang masih hidup hingga beberapa tahun setelahnya.
Mungkin sensasi itu mestinya hanya dirasakan ia yang akan mengalami kematian beberapa saat setelahnya.
Tapi aku bahkan sudah merasakannya beberapa kali dalam hidupku, dan hal yang paling kutakuti adalah merasakannya untuk kesekian kalinya, aku meski berada di tengah ramainya manusia bahkan seperti tak melihat dan terlihat, aku rasa detak jantungku menjadi cepat hingga suaranya terdengar sampai ke gendang telingaku. Aku bahkan dapat membayangkan, atau mengingat?
Tempat-tempat tersunyi di dunia ini rasanya, baunya, dinginnya, begitu familiar dan mudah kukenal.
Sesekali ketika aku berselancar di dunia maya googling, ku ketik still places, peaceful places hingga kutemukan beberapa gambar yang telah jauh pernah kurasa, aku telah mengunjunginya.
Tapi bagaimana bisa? Bahkan tempat terjauhku 9 jam dengan pesawat, tak lebih dari itu. Tapi rasanya aku telah mengunjungi hampir semua tempat tersunyi di belahan bumi ini. Menyelaminya, sendiri, lama sekali.
Faqih kakak Daris
2 bulan 15 hari tepat terlewati sejak melahirkan anak kedua. Daris nama yang disematkan mas Indra karena teringat teman lamanya asal Aceh yang saat ini entah di mana. Terlewati sudah masa-masa 2 minggu pertama menjadi orang tua 2 anak. Tempo hari, kami berdua sempat nangis bareng saat dua anak kami tertidur lelap. Bukan karena lelah atau cekcok pasutri. Tapi, karena kami terenyuh dengan penerimaan anak pertama kami yang ternyata lebih siap menerima kehadiran adiknya, jauh lebih siap daripada kami berdua. Selalu antusias dan siap membantu apapun yang bisa dia lakukan untuk meringankan beban kedua orang tuanya saat kerepotan, menemani adiknya kapanpun dan bahkan sempat beberapa kali enggan diajak jalan sore bersama Bapaknya dan memilih di rumah saja. Aneh, betapa anak umur 3 tahun 2 bulan bisa berubah sebegitu drastis menjadi sangat ngemong dan blend well quick shifting into a new condition . Sedangkan untuk kami yang hampir usia kepala 3 perubahan itu terasa sulit....
Komentar
Posting Komentar