Hikmah Ikut Job Fair


Mulai hari itu aku menyadari, tiap orang dari latar belakang apapun dan dengan model yang bagaimanapun sama-sama bekerja keras untuk bisa mengisi perut, sama-sama lelah dan menggeser ego pribadi yang dulunya sering mendominasi ketika usia remaja. Semuanya, harus berjuang dan berkaca pada usaha yang sudah dibuatnya. Demi bisa dikatakan hidup mandiri.

Aku sampai saat ini pun, masih sangat ingat bagaimana dulu seringnya aku ini mendengar atau melihat tayangan di TV yang ada adegan di mana orang dewasa keliling dan kesulitan mencari kerja, belum dapat memahami kenapa harus sampai sebegitunya untuk kerja, dan jujur bahkan sampai di bangku perkuliahan pun beberapa kali aku berpikir kenapa harus sesulit itu seandainya orang itu lebih terampil mestilah tidak sesulit itu. Waktu itu aku yakin kalau semuanya akan baik saja dan di masa depan in syaaAllah pekerjaan itu akan mudah didapat.

Nyatanya, aku sadari sekarang itu adalah dalih seakan aku adalah harus berpikiran positif dan optimis tapi tanpa disadari aku sudah membangun tembok yang menghalangi pikiranku untuk menyadari kalau usaha keras mencari pekerjaan di detik pertama lulus sekolah jenjang apapun itu harus menghadapi "sekolah kehidupan", saat di mana seseorang memutuskan hidup mandiri, maka akan ada sebuah jalan dan tahap wajib yang mesti dilewati; usaha keras mencari pekerjaan.

Biasanya aku gak pernah tergerak ikut job fair, alasan utamanya karena aku underestimate duluan kalau hampir bisa dikatakan nggak ada lowongan rumah sakit yang rela buka stan khusus untuk tenaga kesehatan, pasti di sana akan ada lowongan untuk latar belakang apapun untuk umum, tapi kecil kemungkinan untuk tenaga kesehatan apalagi bidan. Dan kerdilnya pikiran aku, aku pikir kalaupun ada pasti bukanlah bekerja di bidangnya, idealisme katanya.

Siang sebelumnya, sepupu aku Saskia sungguh-sungguh mengajak aku buat ikut job fair di hari itu dan dengan kemampuan marketing dan komunikasi yang dia punya yang juga disemat sebagai gelar dia, ternyata sangat manjur di aku hahahaha aku luluh segera setelah dia ajak "nothing to loose coba aja sih teh kali ada rejeki dan yang penting sesuai tingkat pendidikan kami" gitu katanya. Alhasil besoknya aku berangkat bareng naik motor dari Pasar Rebo ke Smesco.

Aku juga di awal hanya print CV dengan bodohnya dan seketika liat sepupu aku bikin berbundel paket lamaran dan dokumen lainnya, aku ikut tergerak juga dan akhirnya siapin semua meskipun cuma 2 dokumen jauh dibanding sepupu aku. Sejujurnya, aku bukan buta total tentang gambaran job fair yang ada, aku tahu akan ada banyak stand perusahaan yang menawarkan banyak lowongan yang ditempel atau dipasang standing banner atau sekedar tempelan print out tulisan sederhana berfont times new roman untuk lowongan yang ada. Keadaan juga pastinya akan sangat amat berdesakan dan ramai. Semua sudah terbayang di kepala aku.

Gambaran suasana sebenarnya, nggak jauh berbeda dengan bayangan aku sebelumnya, tapi saat naik ke lobby dan melihat banyaknya orang seusia aku dengan bermacam baju dan menenteng dokumen dengan map yang beragam, sekejap ada haru dan rendah diri yang hinggap di hati aku, di momen itu aku menyadari ternyata aku benar-benar sudah sampai pada tahap mencari pekerjaan di antaranya jutaan orang yang jauh luar biasa, sama seperti scene film atau percakapan orang dewasa dulu. Aku hanya satu dari jutaan yang mencari kerja, dan masing-masing tidak memiliki gambaran atau ekspektasi tentang masa depan. Semuanya hanya berusaha keras dengan apapun yang dimiliki, demi bisa mengisi perut, hidup mandiri. Detik itu juga aku bersyukur memenuhi ajakan sepupu aku dan berterimakasih atas semuanya.

Kalau saja aku tolak ajakan sepupu aku, mungkin aku hanya akan terus dengan sempitnya pemikiran aku bahwa kerja akan mudah didapat jika orang itu bertalenta dan pintar, tanpa tahu bahwa meskipun orang itu cukup bertalenta untuk suatu pekerjaan, masih dan akan selalu ada orang-orang yang jauh lebih bertalenta dan berhak untuk pekerjaan itu, dan semuanya berusaha maksimal! Tahapan mencari kerja dan merasa kesulitan bukanlah fase yang langkah atau aib yang memalukan, lebih dari itu nyatanya hampir setiap orang merasakan fade tersebut meski dengan kisahnya masing-masing.

Terus, hubungan gambar makanan di atas dengan tulisan apa?? Ya gak ada (boong dehh hehe). Foto itu adalah foto waktu aku dan Saskia makan siang, saling pusingnya keliling berebut oksigen dengan ribuan orang, perut pun terasa lapar luar biasa dan mulai pusing saking puyengnya mungkin yaa.. aku dan sepupu aku beli makanan yang kami bagi berdua yang satu dengan nasi, yang satu dengan kuah, minumannya pun dibeli satu gelas saja yang tujuannya satu, demi berhemat, HEHE.

Ide untuk foto tiba-tiba datang aja, dan aku pikir gak akan ada salahnya mengabadikan momen itu, untuk kemudian dikenang dan dilihat kembali saat masing-masing dari kami sudah bekerja yang baik, aaamiin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tahun Semuanya Berubah

1 Tahun Homecare

Sifat Dasar Manusia: Jahat