#1 Pelajaran dari Buku Trias Muslimatika
Buku Trias Muslimatika
ini adalah buku beli mendadak yang pertama aku beli, karena biasanyaa
pasti aku beli buku yang memang aku cari dan niatin sebelumnya, buku ini
di beli sewaktu ikut acara seminar dan talkshow tentang stunting dari SNV tanggal 22 Januari 2020 lalu.
Hari itu ada banyak pembicara dan semuanya sangat sangat menginspirasi,
singkatnya bersyukur banget rasanya di hari itu melangkahkan kaki ini
kesana. Di antara pembicara yang hadir salah satunya ada dr.
Davrina Rianda yang mengisi sesi talkshow, aku hanya engeh dan kenal beliau (kayak tua banget yaak
padahal jujur dokternya ini muda banget dong huhuhu) sampai saat dr. Davrina
memaparkan dan menyuarakan betapa mirisnya stunting dan pentingnya
mencegah sedari dini. Jujur sewaktu
disebut kalau dokternya adalah seoarang influencer di instagram pun, aku
masih belum engeh juga mungkin karena efek udah gak aktif main
instagram lagi yaaa heheh tapi, dr. Davrina terlepas dari aku saat itu belum
tahu sosok beliau siapa, hati aku sebegitu tergeraknya dan merasa
apa yang disampaikan dokter dengan ringkas itu ngena dan berkesan, plus
mendorong diri ini agar menjadi sosok yang berdaya dan mampu
memberdayakan orang lain. Maksud aku beneran serius loh di antara 5
pembicara di depan disediakan waktu
bicara sekitar 7 menit, yang paling singkat cuma dr. Davrina yang bicara
hanya sekitar 2 atau 3 menit sampai moderator pun memastikan 'serius udah dok? masih ada
waktu kok..' begitu kata moderator saking nggak yakinnya udahan,
yang langsung ditanggapi iya sama
dokter Davrina. Dan tersampaikan bahkan ngena di hati duh pengen banget
dong ogut bisa gitu kayaj 'definisi sesungguhnya dari singkat pada jelas
berbekas' huftt, heran tapi begitu adanya.
Setelah
sesi talkshow pula, aku udin siap-siap nih karena di awal pas denger si
dokter menulis buku dan
hari itu juga bawa bukunya, buru-burulah nyamperin setelah sesi
sebelum dokter turun lift dan singkatnya Alhamdulillah kebeli, ketemu
sama penulisnya, dapet tanda-tangan plus pesan di bukunya, ditambah
interaksi langsung yang pendek tapi super berkesan (ini pertama kali
juga dapet ttd langsung dari penulisnya hehe). BTW, kalian pernah nggak
sih baru ketemu sama orang tapi udah langsung merasa aura positif itu
bertempelan di otak pas
ada di deket orang itu padahal kenal dan ngobrol pun belum
pernah??? Nah! Itu yang aku rasain waktu ketemu dr. Davrina! (biasa aja
buu pakek tanda seru segala girang amat wkwkkw). Eh, ternyata waktu aku
cerita tentang betapa bagus bukunya yaa ke temen-temen aku, salah
satunya si Janeta bilang kalau dia udah kenal beliau duluan dari
instagram dan emang terkenal! Duh dasar akuuu tidak update hehe. Intinya
sih dr. Davrina ini keren banget menginspirasi lah lisan dan tulisan,
dan ketika baca buku pun Alhamdulillah semangat itu begitu masuk ke diri
aku (dan semoga mampu aku amalkan terus terusan ya HEHE).
Sebenernya, ada bejibun bagian
dari buku Trias Muslimatika yang begitu menginspirasi dan rasanya
langsung menghujam ke hati #ceilaaah tapi serius, bahkan hal yang
terpikirkan pun tapi bingung pemetaannya tapi juga krusial, dipaparkan di situ dengan ringan
dan enggak bikin otak soak. Beruntung sempet bincang pendek sewaktu aku minta
tanda tangan pas beli buku habis acara, dr. Davrina bilang kalau jaman
ini kita harus lihat wadahnya ketika mau mengedukasi, lihat sasarannya,
kalau di instagram misalnya tentang kesehatan, diusahakan kita bisa
share seringkas dan sepadat mungkin karena tipe di instagram orang lebih
suka caption pendek enggak bertele-tele dan menarik, rasanya kalau mau
share journal susah di instagram karena antusiasme kurang dan jadi
merasa tidak maksimal pencapaiannya padahal penting. Hasil pertimbangan
itulah keluar buku Trias Muslimatika ini, begitu katanya. Sewaktu aku
baca buku pun, aku tersadar sama apa yang dimaksud dr. Davrina itu nyambung dengan bukunya, di
bukunya yang membahas tentang 3 peran yang dijalani muslimah; istri,
ibu, muslimah berdaya, diselipkan pula materi kesehatan dan sebagainya,
mantap pisan kan tuh yah namanya juga dokter khaan hehe.
Di antara banyaknya bagian bagus dan malah semua halamannya bagus dan ngena, yang mau aku bahas dulu di sini (nanti selanjutnya di tulisan lain yaa in syaaAllah) adalah tentang cuplikan dari bab akhir tentang Segitiga Bermuda Muslimah Zaman Now
yang di situ pula dijelaskan kenapa sebutannya jadi trias? Karena
menurut dr. Davrina sejatinya kita, sebagai perempuan muslimah itu
bertumpu 3 perannya; muslimah berdaya, istri, dan ibu yang baik. Kita
seperti berdiri di atas segitiga bermuda di mana memiliki arus dan
tarikan yang kuat yang jika kita tidak memiliki niat dan tekad yang kuat
terutama untuk Allah SWT, maka yang ada kita hanya tersedot, merasa
lelah hingga merasa tidak berdaya. Kita perlu atau malah harus?
menjalankan peran sebagai seorang perempuan muslimah, ibu, istri yang
bukan hanya taat dan baik tapi juga memberdayakan diri sendiri dan orang
lain, yang semua itu agar tidak sia-sia haruslah bermuara ke ibadah
pada Allah subhanahu wa ta'alaa. Selama menjalani ketiga peran
yang tak terelakkan itu, pastinya akan sulit dan rasanya akan terus
menerus berada di luar zona nyaman tapi begitulah resikonya untuk terus
tumbuh hal itulah yang harus dijalani.
Menjalani
3 peran itu, supaya
semuanya lebih terlihat jelas, yang perlu dilakukan adalah memahami
dulu tujuannya. Meskipun tools dan tugasnya banyak, yang terpenting
adalah tujuan yang jelas dalam menjalani ketiga peran itu apa mimpi yang
paling membuat hati kita bergejolak? Kita bisa memilih jalan itu dan
jadi sosok yang berdaya dan memberdayakan, ketimbang fokus pada caranya
HOW karena tiap orang punya cara dan metode yang berbeda, bisa
dikatakan tanpa tahu tujuan yang kuat harus untuk apa kemana dan siapa,
dalam menjalaninya pun bisa jadi malah kebingungan dan berakhir lelah
saja. Nah, di bagian ini waktu saya baca, justru muncul pertanyaan baru
di benak saya, bagaimana kalau saya belum tahu hal yang benar-benar saya
inginkan? hal yang membuat hati aku bergejolak?? kalau begitu aku
mungkin akan terus terombang-ambing dan lelah saja. Terus, lanjut aku
buka
lembar setelahnya ternyata ada bagian dari kata-kata dr. Davrina yang
seperti ini:
Apakah teman-teman sudah menemukan true call masing-masing? jika belum, it's completely okay! Jalani setiap amanah yang datang dengan 120% kemampuan kita. Berikan versi terbaik dari yang kita bisa, Amanah-amanah yang datang saat ini mungkin belum tampak hasilnya akan berujung pada tujuan utama seperti apa. Tetapi ini mungkin sudah dalam pathway bagaimana Allah SWT membimbing kita untuk menemukan peran kita di dunia dan memaksimalkannya se-WOW mungkin (dr. Davrina Diandra, 2019)
Rasanya setelah baca kalimat itu
hati ini jadi jauh lebih tenang Alhamdulillah, dan
semoga waktunya nggak lama lagi untuk tahu panggilan diri yang
sesungguhnya sekarang tugasnya melaukan semua tugas dan peran yang ada
di depan mata dengan sebaiknya karena toh pada akhirnya kita akan
berperan di 3 hal, dari sekarang dibiasakan kerja maksimal di banyak hal
cmiiw. Oiya, agar tidak terasa berat dan in syaa Allah menjadi
berkah jangan lupa juga untuk selalu memanjangkan niat kita agar
berujung pada ridha Allah SWT. Hah? hah? Maksudnya dipanjangkan?
Misalnya nih, kita jadi anggota suatu organisasi dan niat kita adalah
supaya enggak gabut, produktif, aktif, dan berkembang. Kita mungkin aja
nggak kepikiran niat ke Allah dan di situlah peran dipanjangkannya niat,
contohnya: ikut organisasi, agar bisa produktif dan aktif serta bermanfaat bagi sesama agar Allah ridha. Begitulah kurang lebihnya sodara-sodarah. Jadi, saat kita panjangkan niat untuk Allah kita, in syaaAllah
semuanya akan terasa ringan dan nggak sia-sia terlebih mengingat peran
besar kita yang ada 3 sisi hehehe.. inget kan hadits ini:
Imam Nawawi rahimahullahu ta’ala mengatakan, dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh 'Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya seseorang hanya mendapatkan apa yang dia niatkan. Maka barang siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari
hadis itu dan penjelasan di paragraf sebelumnya teman-teman, selain
dari perlunya niat kita selalu dan terus untuk Allah SWT, pentingnya
jugamemanjangkan niat kita agar sampai pada Allah dalam hal dan aspek
manapun agar menunjang dan menjadi bermanfaat serta in syaaAllah berpahala
bagi kita saat menjalankan 3 peran dalam satu tubuh ini sekaligus. Pada
prosesnya, tanpa dipungkiri pula kita akan menemukan jenuh, malas dan
rasanya kayak nggak ada me-time banget gituh apalagi kalau udah ada
anak, Nah di situ kita perlu kembali lagi ke niat dasar yaitu menjadi
muslimah atau muslim yang berdaya dan memberdayakan orang lain dengan
membagikan ilmu supaya mendapat ridha Allah, menjadi istri atau suami
yang taat saling mendukung agar tercipta keluarga sakinah hingga Allah
ridha, serta sebagai ibu atau ayah bagi anak-anak yang bukan hanya
sekedar membesarkan mengurus memberi makan, tapi mengurus dan mendidik
agar kemudian mereka bisa menjadi generasi terbaik dan Rabbani yang
Allah ridhai dan memberi manfaat bagi umat ini, Aaamiin..
Allahumma amin.
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/21418-penjelasan-hadits-innamal-amalu-binniyat-1.html
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/21418-penjelasan-hadits-innamal-amalu-binniyat-1.html
ٍعَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ
امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ
فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ
لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا
هَاجَرَ إِلَيْهِ
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal
itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya.
Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya
kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia
atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai
ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/21418-penjelasan-hadits-innamal-amalu-binniyat-1.html
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/21418-penjelasan-hadits-innamal-amalu-binniyat-1.html
Komentar
Posting Komentar