Sifat Dasar Manusia: Jahat
Topik tulisan kali ini barangkali akan sangat kontroversial dan debatable, tapi berhubung dirasa mampu menghidupkan kembali kejut sinaps otak yang akhir-akhir ini tertidur, aku memutuskan menulis lagi dengan materi ini. Termotivasi dari tulisan tentang manusia di platform kesayangan; Quora.
Sejujurnya, istilah yang menyebutkan "semua manusia pada dasarnya dilahirkan baik" jauh lebih familiar dan mudah diterima karena menenangkan, ketimbang judul di atas "manusia jahat pada dasarnya". Fakta mutlak kalau kita sebagai individu cenderung lebih mudah menerima informasi yang membuat kita senang hingga mengabaikan kabar buruk, rasanya hampir semua orang yaa begitu. Maunya manis melulu dan menghindari pahit dalam segala hal.
Terlepas dari banyaknya berita covid-19 yang tak kunjung usai, akhir-akhir ini aku malah sering buka laman FB seorang MUA yang isinya makeup an sembari cerita tentang kriminalitas di belahan dunia mana aja, yang tindakan juga kejahatan mereka sangat melampaui akal pun nalar. Link untuk video dan crime story' termaksud ada di situ. Banyak banget yang diangkat si mba Bailey itu dan entah bagaimana semua cerita yang berdasarkan kasus nyata tersebut meski dengan latar, motif, juga sosok yang berbeda, tapi kesemuanya bermuara di perbuatan yang sama; pembunuhan, mutilasi, manipulasi, penghianatan. Menggambarkan betapa seorang makhluk yang notabene pernah menjadi 'as tiny, fragile, and lovely as a baby' menjelma jadi makhluk jahat yang membunuh juga menyakiti demi kenyamanan batin tanpa ragu.
Alhasil, meskipun selama ini selalu meyakinkan diri bahwa manusia terlahir suci juga baik, aku sendiri mulai mempertanyakan apakah benar begitu? Ataukah.. itu sebenarnya hanya ungkapan penenangan hati antar manusia di masa dan zaman yang mana satu sama lain menjadi begitu egois dan semua yang dilakukan adalah usaha melindungi dirinya masing-masing dari kejahatan sesama spesiesnya; manusia.
Berangkat dari situ, muncullah 2 kalimat kontroversial itu, karena tanya dalam diri.. pada dasarnya kita sebagai 'manusia' dilahirkan baik ataukah buruk? Ohiya, di kisaran tahun 2016, aku pernah menemukan video (dikirim sih) yang sangat terasa nyata di mana satu orang entah siapa jelasnya itu di Indonesia, dia terang-terangan dimutilasi sekelompok remaja lainnya, organnya satu satu dan hidup-hidup juga penganiayaan tak berujung direkam jelas dan aku masih inget berminggu setelahnya masih kebayang betapa ngerinya nonton itu, rasanya kepercayaan dan rasa aman berada di sekitar manusia lainnya itu hampir runtuh semua. Thankfully, berangsur hilang perasaan itu.
Teori tentang sifat sendiri yang mengatakan manusia pada dasarnya baik, pertama kali disebut oleh seorang filsuf nih namanya bapak J.J Rousseau yang mana beliau ini seorang pendidik yang baik bagi anak orang dan anaknya sendiri (pastinya duns), beliau menulis karyanya tentang pendidikan manusia di bukunya yang berjudul Emile. Salah satu kutipan luar biasa dari buku yang beliau tulis ;
"Jangan berikan ranjang yang paling empuk kepada anakmu, sebab dia akan merasa terlalu nyaman, dan ranjang yang lain akan terasa terlalu keras. Latihlah anakmu dengan ranjang yang biasa dan keras, sehingga dalam hidupnya segala kenikmatan maupun hal yang biasa bisa dihargainya dengan baik"
Mantap gak tuh? Legendaris sangat dan menurut Pak Rousseau, manusia pada dasarnya dilahirkan baik hanya saja tergantung lingkungan dan orang sekitar yang membentuknya, sampai muncul istilah 'The Good Savage' untuk menjelaskan bahwa manusia baik, tinggal di hutan belantara yaaa macam dunia kita ini yang kerasnya minta ampun #ehe. Nah, teori ini kalau di agama ogut (Islam yoey) juga relate dengan salah satu hadits Nabi Shallallahu'alaihi wasallam:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ"Setiap manusia yang lahir, mereka lahir dalam keadaan fitrah. Orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, atau Nasrani" (HR. Bukhari-Muslim)
Fitrah maksudnya suci, dan kenapa disebut di situ lahir dalam keadaan suci kemudian gak disebut orang tuanya membentuk buruk atau jahat, tapi disebut orang tuanya yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani, hal itu nggak lain dan bukan, karena merujuk pada bentuk kejahatan dan kedzaliman tertinggi adalah dengan ignoransi dari seruan Allah yang mana menjadi dasar ajaran Islam, percaya pada seruan Nabi terakhir yang membenarkan para Nabi sebelumnya (loh kok jadi kesini?) Intinya, sifat buruk dan membangkang ketika tidak mau beriman adalah bentuk kejahatan dan kedzaliman manusia khususnya atas dirinya sendiri karena dengan begitu dia menjerumuskan dirinya dalam kegelapan dan sangat mungkin mejerumuskan manusia lainnya. Intinya, teori Pak Rousseau yang bilang manusia baik ketika lahir dan tergantung bagaimana orang tua mendidik, berbunyi mirip dengan hadits yang disebut di atas. Nyambung??
Okiew, sekarang teori tentang manusia pada dasarnya jahat, buruk, keji dan lainnya juga ada teori yang mendukung ini lho Malihhhh.. Gak percaya? Oho.. ada nih pakar filsuf namanya Bapak Thomas Hobbes, beliau berpendapat bahwa manusia merupakan makhluk yang pada dasarnya jahat. Lah kok? Savage, tapi menurut beliau manusia lah satu-satunya makhluk yang menciptakan sistem pemerintahan yang semua negara dan daerah miliki saat ini, tujuannya untuk; entah disadari atau tidak ya meredam pemberontakan, kejahatan, kriminalitas yang akan terjadi jauh lebih parah. Jadi istilahnya ada ataupun nggak pemerintahan pun kriminalitas dan kejahatan akan tetap hidup. Intinyaaa manusia lah sumber kekacauan dunia ini, karena sifat dasar manusia yang narsistik+individualistis sehingga cenderung mampu menyakiti sesama demi mencapai apa yang diinginkan atau bahkan kesenangan pribadi. Grrrr merinding gak tuh?
Bagi aku, teori Pak Hobbes ini bisa dimaknai sangat luas ketika beliau menyebutkan kejahatan juga menyakiti sesama; banyak banget contoh yang bisa kita hubungkan dengan keseharian kita saat ini, kejahatan bukan sebatas makna membunuh tapi juga korupsi yang memiskinkan juga akhirnya membunuh jutaan orang karena sulitnya akses yang layak mereka dapatkan, kata-kata sarcasm dan body shaming yang banyak berseliweran di dunia maya yang entah tujuannya demi membuat si tukang komen ini puas karena menyakiti atau bahkan demi menaikkan harga dirinya sendiri. Ada buanyaaak bentuk kejahatan yang bisa kita tangkap dan barangkali kitalah si pelaku itu.
"Terus, tapi kan teori tentang manusia dasarnya jahat nggak ada tuh dalilnya kayak teori manusia baik sebelumnya". Sebentar dulu.. jadi setelah mengulik dikit di mbahe gugel #ceilah, kita menemukan ini:
Dan aku (Yusuf) tidak membebaskan diriku(dari kesalahan), karena sesungguhnya jiwa itu selalu menyuruh kepada keburukan, kecuali jiwa yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S Yusuf:53)
Berhubungan dengan apa yang diangkat Bapak Thomas, kalau manusia cenderung jahat dan hawa nafsunya menyuruh pada hal buruk. Iya? Sebelum diambil garis atau benang merahnya, aku yakin kamu udah tau nih ada celah yang membuat teori keduanya 'sebenarnya' nggak bertentangan amat. Dan kedua teori di atas itu benar. Begini, Pak Rousseau berpendapat manusia pada dasarnya dilahirkan baik tapi tergantung bagaimana orang tua mendidik juga lingkungan membentuknya, senada dengan hadits. Nah, menurut Pak Hobbes manusia bersifat narsistik individualistis sehingga cenderung jahat dan membentuk sistem saat ini pun demi keuntungannya sendiri, demi dirinya sendiri. Jika dihubungkan dengan ayat Yusuf tadi, ya memang selaras karena manusia hawa nafsunya cenderung menyuruh pada keburukan dan kejahatan.
Terus, apa dong moral valuenya? Intisarinya?
Jadi, aku menyimpulkan kalau.. manusia pada dasarnya memang baik, namun ketika bertumbuh orang tua juga lingkungan khususnya sangat mempengaruhi terbentuknya diri seorang manusia. Memang, kita narsis dan cuma peduli dengan diri sendiri serta hal yang menguntungkan diri sendiri meskipun bisa aja dibungkus dengan label pertemanan (toh pada akhirnya biasanya kita berteman dengan seseorang yang memberikan kita rasa aman, nyaman sampai menjauhkan dari kesepian dan itu juga bentuk hanya peduli pada rasa diri sendiri toh disadari atau tidak) . Kita narsis individualis, tapi juga ingat, manusia adalah makhluk sosial yang mana akan gila atau berkurang kewarasannya kalau nggak berkomunikasi dengan sesama atau tembok sekalipun. Pada akhirnya, sifat sosial inilah yang menjadi dua mata pisau yang membentuk manusia yang seumur hidupnya bertalian dengan manusia lainnya. Terus bertumbuh dan berkembang, condong pada baik atau jahat tergantung dengan komuniti mana dia hidup, mencontoh dan belajar.
Ada kan istilah hati ini adalah organ yang paling rapuh, terbolak-balik setiap waktu mirip duit koin yang sisinya berbeda. Manusia bisa jadi baik dan mulia melebihi malaikat, atau bisa selevel iblis laknat perbuatannya. Toh, jangan lupa selain dari memiliki orang tua, lingkungan yang berperan, hati di dada, manusia selalu punya kehendak memilih dan menimbang apa yang akan dia pilih untuk lakukan atau nggaknya. Tinggal bagaimana dia mengisi dan melingkari dirinya dengan orang macam apa, tempat seperti apa dan pikiran yang bagaimana. Ohiya, tiba-tiba aku jadi berpikir (tumben?) itulah kenapa agama diturunkan di dunia bukan untuk tumbuhan atau hewan, tapi khusus untuk manusia (dan jin btw) yaaa tidak lain dan tidak bukan karena sifat manusia ini, yang bisa menimbang dan memilih efek dari lingkungan mana yang mau dia aplikasikan, kalau diibaratkan mirip sifat zat cair yang bentuknya mengikuti wadah serta warnanya mengikuti isi dari wadah itu sendiri. Jadi bijaklah menjadi manusia.
Oke, Gimana nih menurut kamu??? Share your thoughts in the comments section below, gausah males login wkwkwkw dan jangan biarkan ide dan gagasan brilian itu terpendam di pojok usang pikiran. Cmiiww!!
P.s tolong sampai sini aku udah berasa jadi murid nomor sekian Socrates wakakakakak. Sumber gambar pinterest pastinya.
Tambahan bacaan https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/q4hphf320
Komentar
Posting Komentar